Prasasti Ciaruteun bergoreskan aksara Pallawa yang
disusun dalam bentuk seloka bahasa
Sanskerta dengan metrum Anustubh yang terdiri dari tiga baris
dan pada bagian bawah tulisan terdapat pahatan gambar umbi dan sulur-suluran
(pilin), sepasang telapak kaki dan laba-laba.
Prasasti Kebonkopi I Terdapat hal yang
menarik dalam prasasti yang ditemukan di Kampung Muara Hilir, Cibungbulang. Hal
yang tersebut adalah adanya dua tapak kaki gajah yang disamakan seperti tapak
kaki gajah Airawata. Prasasti ini juga berirama anustubh, namun
huruf-hurufnya lebih kecil dibandingkan prasasti yang lain. Tulisan-tulisan
dalam prasasti sudah agak kabur sehingga sulit diterjemahkan dan maknanya sulit
diungkapa.
Prasasti Jambu terdiri dari dua baris aksara
Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa
Sanskerta dengan
metrum Sragdhara. Pada batu prasasti ini juga terdapat pahatan gambar sepasang
telapak kaki yang digoreskan pada bagian atas tulisan tetapi sebagian amvar
telapak kaki kiri telah hilang karena batu bagian ini pecah.
Prasasti ini menyebutkan nama raja
Purnnawarmman yang memerintah di negara Taruma. Prasasti ini tanpa angka tahun
dan berdasarkan bentuk aksara Pallava yang dipahatkannya (analisis
Palaeographis) diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi.
Prasasti Tugu bertuliskan aksara
Pallawa yang disusun
dalam bentuk seloka bahasa
Sanskerta dengan
metrum Anustubh yang teridiri dari lima baris melingkari mengikuti bentuk
permukaan batu. Sebagaimana semua prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara
umumnya, Prasasti Tugu juga tidak mencantumkan pertanggalan. Kronologinya
didasarkan kepada analisis gaya dan bentuk aksara (analisis palaeografis).
Berdasarkan analisis tersebut diketahui bahwa prasasti ini berasal dari
pertengahan abad ke-5 Masehi. Khusus prasasti Tugu dan prasasti Cidanghiyang
memiliki kemiripan aksara, sangat mungkin sang pemahat tulisan (citralaikha
> citralekha) kedua prasasti ini adalah orang yang sama.
Dibandingkan prasasti-prasasti dari
masa Tarumanagara lainnya, Prasasti Tugu merupakan prasasti yang terpanjang
yang dikeluarkan Sri Maharaja Purnawarman.
Prasasti ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Purnnawarmman pada tahun ke-22
sehubungan dengan peristiwa peresmian (selesai dibangunnya) saluran sungai
Gomati dan Candrabhaga.
Prasasti Tugu memiliki keunikan yakni
terdapat pahatan hiasan tongkat yag pada ujungnya dilengkapi semacam trisula.
Gambar tongkat tersebut dipahatkan tegak memanjang ke bawah seakan berfungsi
sebagai batas pemisah antara awal dan akhir kalimat-kalimat pada prasastinya.
Prasasti Pasir Awi dan Prasasti Muara CiantenKedua prasasti ini sama-sama
menggunakan huruf ikal yang sampai saat ini belum dapat dibaca. Sama seperti
prasasti Ciaruteun, kedua prasasti ini juga ada gambar telapak kaki.
Prasasti LebakDitemukan di Lebak, di pinggir Sungai Cidanghiang, Kecamatan
Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa,
terdiri dari dua baris huruh yang merupakan satu sloka dalam metrumanustubh.
Isi dari prasasti ini merupakan pujian kepada Purnawarman sebagai panji seluruh
raja, keberanian, keagungan, dan keperwiraan sesungguhnya dari seluruh raja
dunia.